Dan Kalau Dunia Ini Adil, Aku Akan Jadi Pilihanmu
---
[PENGANTAR]
Dunia tidak diciptakan untuk menyenangkan semua hati. Ada yang diberi kebebasan mencinta, ada yang dipaksa menyimpan cinta dalam diam. Aku tidak menyalahkanmu, tidak juga diriku. Yang kupersalahkan hanya satu: kenyataan bahwa jika dunia ini adil, kamu akan jadi milikku. Dan aku… akan jadi pilihanmu. Bukan rahasia. Bukan masa lalu. Tapi bagian dari hidupmu yang kamu bawa ke mana pun kamu pergi.
---
[BAGIAN 1 – SAAT MASIH BOLEH BERMIMPI]
Dulu, saat kita masih kecil dan belum tahu apa-apa, dunia terasa luas. Kita bisa menjadi apa saja. Kamu bilang ingin jadi astronot, aku bilang ingin jadi pengarang buku. Kita menulis cerita bersama, di kertas yang kini sudah menguning di dalam kotak tua.
Dalam cerita itu, kamu selalu memilihku.
Aku selalu jadi tokoh utama yang kamu lindungi.
Dan aku percaya—dulu—bahwa mungkin hidup pun bisa seperti itu.
---
[BAGIAN 2 – KETIKA SEMUA JADI TERLALU NYATA]
Tapi hidup tidak seperti cerita anak-anak. Ia datang dengan aturan, dengan larangan, dengan batas yang tidak boleh disentuh.
Cinta kita tumbuh diam-diam, tanpa pupuk, tanpa cahaya. Tapi ia tetap tumbuh. Di sela kesunyian, dalam sela waktu antara saling tatap dan pura-pura tidak saling tahu.
Dan ketika aku mulai menyadari bahwa aku ingin memilikimu, dunia langsung berkata: "Tidak."
---
[BAGIAN 3 – ANDAI KITA BUKAN SIAPA KITA]
Andai kita bukan lahir dari rahim yang sama.
Andai kita bukan berbagi silsilah dan nama keluarga.
Andai kamu bukan kamu, dan aku bukan aku…
aku pasti sudah menciummu di malam pertama kita duduk berdua menatap bintang.
Tapi andai… tidak pernah cukup untuk mengubah kenyataan.
---
[BAGIAN 4 – DIAM ADALAH BENTUK CINTA TERSEMBUNYI]
Aku menyayangimu.
Tapi aku tak pernah menyatakannya.
Karena aku tahu kamu juga tahu.
Dan tahu… artinya sudah cukup.
Setiap perhatian kecilmu, setiap tatapan cepatmu yang buru-buru kau alihkan, setiap napasmu yang sedikit berubah saat aku menyentuh tanganmu secara tidak sengaja… semuanya cukup jadi bukti bahwa kamu juga merasakannya.
Tapi kita memilih diam.
Karena kadang, mencintai berarti menjaga agar yang kita cintai tidak hancur.
---
[BAGIAN 5 – KAMU MEMILIH JALAN YANG LURUS]
Kamu tumbuh jadi versi terbaik dari anak kebanggaan keluarga. Nilai bagus, karier lancar, pasangan sempurna.
Dan aku? Aku tetap di belakang, di ruang gelap yang penuh puing-puing rasa yang tak bisa disebut.
Kamu tidak pernah menoleh. Dan aku tidak pernah memanggil.
Tapi jauh di dalam hatiku, aku tahu: kalau dunia ini adil… kamu tidak akan melewatkanku begitu saja.
---
[BAGIAN 6 – SURAT YANG AKU SIMPAN DALAM KEPALA]
> "Kepada kamu yang tak pernah bisa kumiliki,
Jika dunia ini adil, aku akan ada di sisimu saat kamu takut,
Aku akan jadi tangan yang kamu genggam saat kamu ragu,
Dan aku akan jadi nama yang kamu bisikkan sebelum tidur…"
> "Tapi dunia tidak memberi kita ruang untuk itu.
Jadi aku hanya akan menyayangimu dari jauh.
Tanpa suara. Tanpa ganggu.
Tapi dengan cinta yang tidak akan habis."
---
[BAGIAN 7 – AKU MELIHATMU BAHAGIA, DAN AKU JUGA TERSENYUM]
Hari kamu menikah, aku datang. Duduk di barisan belakang. Tak ingin dilihat. Tak ingin disapa. Tapi aku ingin melihat kamu untuk terakhir kali dalam balutan putih kebahagiaan yang tidak melibatkanku.
Dan saat kamu menatap altar, menatap orang lain dengan cinta yang seharusnya untukku, aku tidak menangis.
Aku tersenyum.
Karena kalau kamu bahagia… itu cukup, meski aku tidak menjadi alasannya.
---
[BAGIAN 8 – KEHADIRANKU AKAN SELALU ADA, TANPA MEMINTA DILIHAT]
Aku tetap hidup. Tetap berjalan. Tetap menjadi seseorang yang tidak pernah kamu lihat lagi sebagai "rumah".
Tapi di setiap puisi yang kubaca, ada bayanganmu.
Di setiap kopi yang kuminum sendirian, ada kenanganmu.
Kamu sudah jauh. Tapi kamu tetap menetap.
Dan kamu tidak tahu—atau mungkin pura-pura tidak tahu.
---
[BAGIAN 9 – AKU TIDAK MEMBUTUHKAN AKHIR BAHAGIA]
Bukan, aku tidak ingin akhir yang bahagia. Aku hanya ingin akhir yang jujur.
Aku ingin bisa berkata padamu, sebelum hidup benar-benar memisahkan:
> "Aku menyayangimu. Bukan sebagai keluarga. Tapi sebagai seseorang yang seharusnya bisa kupeluk dan kusebut 'milikku'…
jika dunia ini adil."
---
[BAGIAN 10 – JIKA HIDUP ADALAH CERITA YANG BISA DITULIS ULANG]
Kalau saja hidup adalah naskah yang bisa kita edit ulang, aku akan memilih kita bertemu di usia dua puluh lima. Kamu tidak mengenalku sebelumnya. Aku hanya orang asing yang tersesat di toko buku.
Kita ngobrol. Tertawa. Bertukar nomor.
Lalu jatuh cinta.
Tidak ada ikatan keluarga. Tidak ada larangan. Hanya dua hati yang saling memilih… tanpa beban.
Tapi hidup bukan naskah. Dan kamu tetap jadi seseorang yang tak boleh kusebut sebagai "cinta".
---
[EPILOG – NARASI TERAKHIR]
Kalau dunia ini adil, aku akan jadi pilihanmu.
Tapi dunia ini tidak adil.
Dan aku harus menerima bahwa kamu hanya akan jadi kenangan yang paling lembut,
dan paling menyakitkan dalam hidupku.
Aku tak meminta lebih.
Karena cinta sejati bukan soal memiliki.
Cinta sejati… adalah tentang memberi tempat dalam hati,
meski tak pernah punya tempat di hidup seseorang.
---