Tak Pernah Bisa Jadi Milikmu, Tapi Selalu Menjadi Bagianmu
---
[PENGANTAR]
Ada perasaan yang tidak pernah selesai meski waktu terus berjalan. Perasaan yang tidak punya nama, tapi membekas dalam setiap helaan napas dan keputusan hidup. Aku tidak pernah menjadi milikmu—tidak secara hukum, tidak di mata orang lain, bahkan tidak dalam narasi hidupmu yang kini penuh halaman baru.
Tapi dalam sunyi yang tidak kamu sadari, aku adalah bagian dari kamu. Bagian yang tak pernah kamu peluk… tapi juga tak pernah kamu lepaskan.
---
[BAGIAN 1 – SAAT SEMUA BELUM RUMIT]
Kita tumbuh dengan jarak yang nyaris tidak ada. Satu ranjang bertingkat, satu kamar yang sempit, dan satu dunia kecil yang hanya kita pahami.
Aku tidak tahu sejak kapan aku mulai menyadari bahwa semua ini akan menjadi rumit.
Mungkin saat kita mulai belajar diam.
Mungkin saat kamu memanggil namaku… dan itu terasa berbeda.
---
[BAGIAN 2 – AKU SELALU ADA DI SAMPINGMU]
Saat kamu sedih, aku yang pertama kali tahu. Saat kamu bahagia, aku yang melihat senyum pertamamu.
Tapi semakin besar kita, semakin banyak rahasia yang kamu simpan—dan aku tahu, aku bukan lagi tempatmu pulang.
Aku hanya sisa kamar masa kecilmu.
Tempat yang kamu ingat saat hujan, tapi tak kamu datangi lagi.
---
[BAGIAN 3 – AKU PERNAH MENCOBA PERGI]
Aku pernah mencoba benar-benar melupakanmu. Aku menjauh. Aku sibukkan diri. Aku mulai menulis tentang cinta lain, tentang orang baru, tentang hal-hal di luar kamu.
Tapi semuanya palsu.
Karena di balik semua itu, aku tetap mencarimu—dalam lagu, dalam aroma, dalam mimpi-mimpiku yang paling sunyi.
---
[BAGIAN 4 – KAMU MENJADI DUNIA ORANG LAIN]
Aku lihat kamu mulai bahagia. Foto-fotomu dengan kekasihmu berseliweran di media sosial keluarga. Ibu membanggakanmu, dan aku mengangguk, tersenyum, ikut memuji.
Tapi dadaku kosong.
Karena orang yang dulu memelukku diam-diam di tengah malam… kini memeluk orang lain, tanpa rasa bersalah.
Dan aku tetap diam.
Karena aku tahu, aku tak punya hak.
---
[BAGIAN 5 – TETAP MENJADI BAGIANMU, MESKI TAK PERNAH DIMILIKI]
Aku tahu kamu masih mengingatku.
Itu tampak dari cara kamu menoleh cepat saat mendengar lagu yang biasa kita dengar. Dari cara kamu memegang pergelangan tanganmu sendiri—kebiasaan yang hanya kamu lakukan saat menahan sesuatu.
Dan saat kamu menatapku di reuni keluarga—ada kilatan kecil dalam mata itu.
Aku tahu. Kamu juga belum sepenuhnya selesai.
---
[BAGIAN 6 – BERSIKAP BIASA, PADAHAL TIDAK BIASA]
Kita duduk di teras rumah keluarga. Ada cemilan, ada teh, ada tawa-tawa kecil.
"Gimana kabar kerjaanmu?" tanyamu.
"Lancar," jawabku singkat.
Dan kamu hanya mengangguk.
Padahal kita pernah menghabiskan malam berjam-jam membicarakan hidup, mimpi, dan ketakutan. Tapi kini… satu kalimat pun terasa terlalu berbahaya.
Karena kita tahu: terlalu banyak kata bisa membocorkan luka.
---
[BAGIAN 7 – MENGIKHLASKAN, BUKAN MELUPAKAN]
Aku tidak ingin kamu kembali. Aku tidak ingin kamu meninggalkan hidup yang telah kamu bangun.
Aku hanya ingin kamu tahu satu hal: bahwa aku baik-baik saja, meski kamu tidak memilihku.
Aku hanya ingin kamu tenang, karena aku tidak menyesal pernah menjadi bagian kecil dari duniamu.
---
[BAGIAN 8 – SEANDAINYA KITA LAHIR DENGAN GARIS YANG BERBEDA]
Mungkin di dunia lain, di semesta yang berbeda, aku bukan keluargamu. Kita bukan dibesarkan dalam rumah yang sama. Kita bertemu di kampus, atau taman, atau toko buku.
Lalu jatuh cinta.
Lalu bersama, tanpa rasa takut, tanpa sembunyi-sembunyi, tanpa rasa bersalah.
Tapi kita tidak hidup di dunia itu.
Dan kita harus menerima… bahwa tak semua cinta diberi ruang untuk tumbuh.
---
[BAGIAN 9 – TULISAN YANG TAK AKAN KAMU BACA]
> "Untuk kamu,
Yang tidak pernah bisa kupanggil dengan cara yang benar,
Yang tidak pernah bisa kupeluk tanpa merasa bersalah,
Yang selalu jadi alasan mengapa aku belum bisa jatuh cinta lagi—
> Aku tahu aku tidak akan pernah jadi milikmu.
Tapi percayalah, sebagian dari hidupku…
Akan selalu menjadi tentang kamu."*
---
[BAGIAN 10 – SEMESTA KECIL YANG TETAP ADA DI HATIKU]
Kamu kini telah menjadi milik orang lain. Aku telah berjalan di jalan lain. Kita saling menjauh, saling menciptakan kehidupan baru.
Tapi setiap kali aku melangkah, bayanganmu tetap mengikuti. Bukan sebagai hantu, bukan juga sebagai harapan. Tapi sebagai bagian yang tidak akan pernah hilang.
Bagian yang membentukku.
Bagian yang menjadikanku… aku.
---
[EPILOG – NARASI TERAKHIR]
Aku tidak pernah menjadi milikmu.
Kita tidak pernah punya akhir bahagia seperti dalam novel.
Tidak ada pelukan di bandara.
Tidak ada pengakuan cinta di bawah hujan.
Tapi aku tahu, aku pernah ada di hatimu.
Dan itu cukup.
Karena cinta yang paling dalam…
bukan tentang memiliki.
Tapi tentang tetap menjadi bagian dari seseorang,
meski dunia tidak mengizinkan.
---