Kita Pernah Jadi Rumah Satu Sama Lain



Kita Pernah Jadi Rumah Satu Sama Lain



---

[PENGANTAR]

Orang bilang rumah adalah tempat kita merasa aman, tempat pulang tanpa takut dihakimi. Tapi bagaimana jika rumah itu bukan bangunan? Bagaimana jika rumah itu… adalah seseorang? Seseorang yang tak bisa kita miliki, tak bisa kita peluk di depan orang, tapi pernah memberi rasa nyaman yang dunia luar tak pernah mampu tawarkan?

Kamu pernah jadi rumahku. Dan aku pun, dulu… adalah rumahmu.


---

[BAGIAN 1 – MUSIM HUJAN DAN TANGANMU YANG HANGAT]

Aku ingat saat kita berdua terjebak hujan sepulang sekolah. Kita berlari, basah kuyup, lalu duduk di teras rumah. Tanganmu hangat, menggenggamku agar tak menggigil.

Aku masih terlalu muda untuk menyebut itu cinta. Tapi aku tahu, di dekatmu, aku aman.

Waktu itu aku pikir, dunia akan selamanya seperti ini—sederhana dan tidak rumit.

Aku salah.


---

[BAGIAN 2 – SAAT SEMUANYA MULAI BERUBAH]

Waktu berjalan. Kita tumbuh. Suara kita berubah, cara pandang kita juga. Tapi yang paling berubah adalah cara kita saling memandang.

Dulu aku bisa memelukmu tanpa berpikir.

Sekarang? Sekadar menyentuh lenganmu membuatku bingung apakah aku melanggar sesuatu yang tak tertulis.

Ada batas yang tak kita sepakati, tapi sama-sama kita rasakan.


---

[BAGIAN 3 – PERCAKAPAN DI BAWAH SELIMUT]

Malam itu, saat listrik padam, kita tidur berdampingan karena takut gelap. Hanya cahaya lilin di meja dan suara detak jam di dinding. Kamu menoleh padaku.

"Kalau kita bukan saudara, kamu bakal suka aku nggak?"

Aku terdiam.

"Jawab jujur aja, tapi bisik, jangan kenceng-kenceng," katamu sambil tertawa pelan.

Aku mendekat dan berbisik, "Aku udah suka kamu bahkan sebelum tahu itu salah."

Dan kamu tidak bicara apa-apa lagi malam itu.


---

[BAGIAN 4 – KITA SALING MENJAUHI TANPA ALASAN]

Setelah malam itu, kita jadi canggung. Makan di meja yang sama tapi tak saling menatap. Jalan berdampingan tapi menyisakan jarak satu meter. Semua terasa seperti bom waktu—suatu saat, sesuatu akan meledak.

Dan akhirnya meledak… dalam bentuk keheningan panjang.


---

[BAGIAN 5 – ORANG KETIGA YANG TAK BISA DIPERSALAHKAN]

Kamu dekat dengan seseorang. Aku tahu. Aku pura-pura tidak peduli. Tapi dalam diamku, aku patah.

Aku menyalahkan diriku karena merasa posesif padamu. Padahal, aku tak punya hak.

Aku bukan kekasihmu.

Aku hanya... rumah yang kamu tinggalkan tanpa pamit.


---

[BAGIAN 6 – SURAT TANPA PENERIMA]

Aku menulis surat. Berisi semua kenangan kecil kita. Mulai dari boneka kesayanganmu yang aku sembunyikan dulu, hingga cerita saat kamu menangis karena gagal audisi band sekolah.

Tapi surat itu tidak pernah kuberikan padamu.

Karena aku tahu, kamu sudah membangun rumah baru.

Dan aku tak ingin meruntuhkannya.


---

[BAGIAN 7 – PULANG YANG TERASA ASING]

Beberapa tahun kemudian, kamu kembali. Rumah ini belum berubah. Tapi kamu sudah.

Gaya bicaramu lebih rapi. Matamu tak mencari mataku seperti dulu.

Tapi ketika kita duduk di ruang tamu, kamu bertanya:

"Kamu masih suka mangga muda?"

Aku mengangguk. "Kamu masih ingat?"

"Rumah nggak akan lupa rasa penghuni lamanya."

Dan aku menunduk, menahan gemuruh dadaku.


---

[BAGIAN 8 – RUMAH YANG KINI TAK BISA DIMASUKI]

Kamu kini sudah punya seseorang. Aku tahu tempatku hanya dalam sejarahmu. Bukan masa depanmu.

Kita masih berbicara, kadang bercanda. Tapi sekarang kamu hanya mengetuk pintu rumah yang dulu kamu tinggali—tanpa pernah benar-benar masuk lagi.

Dan aku pun belajar menerima.


---

[BAGIAN 9 – JIKA SUATU SAAT KAMU KEMBALI]

Aku tidak tahu apakah kamu akan kembali padaku suatu saat nanti.

Mungkin tidak.

Tapi kalau iya, rumah ini akan tetap menunggu.

Tak terkunci. Tak tertutup.

Meski mungkin... sudah penuh debu.


---

[BAGIAN 10 – KAMU ADALAH RUMAH YANG TAK KUTINGGALI LAGI, TAPI TAK KUPERNAH LUPA]

Kini aku hidup sendiri. Tak ada bayanganmu di lorong rumah. Tak ada jejak kaki di teras. Tapi setiap kali hujan datang, aku masih membuat dua cangkir teh—satu untukku, satu untukmu.

Mungkin itu konyol.

Tapi begitulah caraku menjaga rumah yang tak lagi berpenghuni.


---

[EPILOG – NARASI TERAKHIR]

Kita pernah jadi rumah satu sama lain.
Tempat bersandar, tempat menepi.
Tapi waktu, keadaan, dan dunia… memaksa kita keluar.
Membiarkan rumah itu kosong.

Namun rumah sejati tidak perlu ditempati untuk tetap menjadi rumah.
Ia hanya perlu dikenang—dalam diam yang lembut,
dan dalam hati yang tak pernah benar-benar menutup pintunya.


---

Post a Comment

Disclaimer


The information provided on [https://addictive-love-twincest.blogspot.com/] is for educational and informational purposes only. While we strive to offer accurate, up-to-date, and helpful content, the material shared on this blog does not constitute professional advice. We are not licensed therapists, psychologists, or mental health professionals, and the advice offered should not be considered as a substitute for professional counseling or therapy.


We recommend seeking the guidance of a licensed mental health professional for any psychological or relationship issues that may require expert intervention. Any decisions you make based on the information provided on this site are at your own discretion and risk.


[ https://addictive-love-twincest.blogspot.com/] and its contributors make no representations or warranties regarding the accuracy, completeness, or reliability of the information presented. We are not responsible for any actions taken based on the content shared here, nor do we endorse any third-party products or services mentioned on this blog.


By using this blog, you agree to the terms of this disclaimer. If you do not agree with the information or views shared, we encourage you to consult a professional.



About Us


Welcome, This blog is dedicated to helping you understand various aspects of relationship psychology that can enrich your personal and social life. We believe that healthy relationships are the foundation of happiness and emotional well-being, whether in romantic relationships, family connections, or friendships.


Here, we discuss a wide range of topics related to relationship psychology, including effective communication, conflict resolution, building trust, and maintaining emotional intimacy. We also share tips and insights on how to recognize and address common relationship challenges such as emotional dependency, toxic relationships, and personality differences.


Our goal is to provide useful and easy-to-understand information, along with practical solutions to help you maintain harmonious and healthy relationships. With a psychology-based approach, we are committed to offering in-depth guidance, support, and inspiration for those who want to improve the quality of their relationships.


Our team consists of writers, psychologists, and practitioners with extensive experience in interpersonal relationships. We believe that every relationship, when nurtured properly, can be a source of happiness and fulfillment in life.


Thank you for visiting [https://addictive-love-twincest.blogspot.com/]. We hope the content we provide will help you better understand the psychology of relationships and offer solutions for maintaining stronger, healthier bonds.

Terima kasih


Atas kunjunganya Jangan lupa komentar yang positif untuk kami sehingga blog sederhana kami sangat bermanfaat


Jangan segan segan mengunjungi blog sederhana kami,Menghubungi kami di form kontak yang kami sediakan


Sitemap


Contact Us


Term Of Service


Previous Post Next Post